You're in the Wrong Bathroom!: And 20 Other Myths and Misconceptions About Transgender and Gender-

You're in the Wrong Bathroom!: And 20 Other Myths and Misconceptions About Transgender and Gender-

Sejarah Sekolah Menengah Pertama Nilai nilai positif dari khalifah dinasti abbasiyah yg menoniol

Nilai nilai positif dari khalifah dinasti abbasiyah yg menoniol

Jawaban:

berkembangnya ilmu pengetahuan, dengan dibentuknya Baitul Hikmah yang menterjemahkan buku-buku kuno dan munculnya ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Al Khwarizmi.

Pembahasan:

Ilmu pengetahuan berkembang pesat pada masa Bani Abbasiyah, terutama pada masa Al Ma’mun ( 786 – 9 August 833) khalifah ketujuh dari dinasti Bani Abbassiyah, yang memerintah dari 27 September 813 hingga 7 Agustus 833.

Al Ma’mun mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dalam kekhalifahan Bani Abasiyah, dengan mendirikan Baitul Hikmah. Lembaga ini adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa di Baghdad, Irak. Dengan Baitul Hikmah ini, pengetahuan dari Yunani Kuno, India dan Persia diterjemahkan dan dipelajari oleh para ilmuwan.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, banyak muncul pula para ilmuwan Islam, seperti Ibnu Sina dan Al Khwarizmi.

Abu Ali Ibnu Sina (980 –1037) adalah serang filusuf Persia yang juga merupakan seorang ahli pegobatan dan ilmuwan.

Dalam filosofi, Ibnu Sina bayak menulis tentang Kalam, etika dan metafisika. Kitab karya Ibnu Sina “Al-Qanun fi't-Tibb” merupakan kitab referensi kedokteran pada masa Abad Pertengahan hingga masa Renaisans.

Muhammad bin Musa Al Khwarizmi ( 780 M - 850 M) adalah ahli matematika di masa Dinasti Abassiyah. Sebagaimana namanya, dia berasal dari Khwarizm, wilayah di pesisir selatan laut Aral dan muara sungai Amu Darya, di Asia Tengah (sekarang masuk wilayah Uzbekistan).

Al Khwarizmi terkenal berkat bukunya, Kitab Perhitungan dengan Penyempurnaan dan Penyeimbangan, atau Kitab Ikhtisar fi Hisab al Jabar wal Muqabala. Buku ini menjelaskan cara penyelesaian persamaan Matematika yang sekarang menjadi ilmu Aljabar.

Al Khawrizmi juga berperan penting dalam menyebarkan angka Arab (0, 1, 2 -9) yang diadopsi dari sistem angka India. Sistem angka ini memudahkan perhitungan bila dibandingkan dengan sistem angka Romawi yang rumit.1. Menghargai dan menghayat

1.2. Menghargai nilai-nilai positif dari khalifah Dinasti Bani Abbasiyah yang

menonjol.

2.

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya

2.1.

Menghargai semangat belajar para ilmuan muslim di masa Dinasti Abbasiyah sehingga mampu membawa puncak kejayaan kebudayaan dan peradaban Islam.

2.2.

Menghargai nilai-nilai ajaran dari perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang.

2.3.

Menghargai keteladanan yang berupa ketekunan dan kegigihan khalifah Dinasti Bani Abbasiyah yang terkenal.

3.

Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1.

Memahami latar belakang berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

3.2.

Memahami perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

3.3.

Memahami tokoh ilmuwan muslim: Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu Sina, al-Razi (ahli kedokteran), Al Kindi, Al Ghazali, Ibn Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin Hayyan ahli kimia), Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (ahli Astronomi) dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbasiyah

3.4.

Memahami para ulama’: penyusun kutubussittah (ahli Hadis), empat imam madhab (ahli fikih), Imam At-Thabari